Iklan Banner
spot_img

Kesaksian Warga Ungkap Momen Mencekam Jatuhnya Pesawat Latih di Ciampea Bogor

spot_img

BERITABRANTAS.CO.ID – Seorang warga sekitar, Enjat Sudrajat, menjadi saksi mata detik-detik jatuhnya pesawat latih Microlight Fixed Wing Quicksilver GT500 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Sabtu (3/8).

Enjat mengaku melihat pesawat tersebut terbang rendah sambil berputar-putar sebelum akhirnya terjatuh.

- Advertisement -
- Advertisement -
Iklan Beritabrantas

“Saya melihat pesawat itu miring. Dan saya lihat coba untuk naik lagi. Tapi, tiba-tiba jatuh,” ungkap Enjat kepada beritabrantas.co.id di lokasi kejadian.

Ia juga sempat mendengar suara gemuruh dari mesin pesawat sebelum insiden terjadi. “Gemuruh aja gitu. Lumayan kencang. Cuman gak lama suaranya karena langsung jatuh,” katanya.

- Advertisement -

Kesaksian ini menjadi bagian penting dalam menggambarkan momen-momen terakhir sebelum pesawat nahas itu menghantam tanah di dekat area pemakaman umum Desa Benteng, Kecamatan Ciampea.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-S126 itu dinyatakan hilang kontak sekitar pukul 09.19 WIB dan ditemukan jatuh di sekitar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Astana, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea.

“Pesawat hilang kontak sekitar pukul 09.19 WIB dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana. Kedua awak langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, namun Marsma TNI Fajar dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI I Nyoman Suadnyana, dalam keterangan resminya.

Latihan tersebut melibatkan Marsma Fajar sebagai pilot dan Roni sebagai co-pilot, sebagai bagian dari pembinaan kemampuan personel FASI yang berada di bawah binaan TNI AU.

Jenazah Marsma TNI Fajar saat ini disemayamkan di RSAU Lanud Atang Sendjaja untuk prosesi selanjutnya. Lokasi kejadian juga telah diamankan oleh aparat dengan garis pengaman.

Marsma TNI Fajar Adriyanto merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992 dan dikenal sebagai penerbang tempur F-16 dengan call sign “Red Wolf”.

Dalam karier militernya, ia pernah menjabat Komandan Skadron Udara 3, Danlanud Manuhua, Kadispenau, Kapuspotdirga, Aspotdirga Kaskoopsudnas, hingga terakhir sebagai Kapoksahli Kodiklatau.

Ia juga dikenal atas perannya dalam insiden penghadangan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat di wilayah udara Bawean pada 2003.

TNI Angkatan Udara menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya Marsma TNI Fajar Adriyanto. Semangat, dedikasi, dan pengabdiannya dinilai menjadi inspirasi bagi generasi penerus TNI AU dalam menjaga kedaulatan udara Indonesia.

Reporter: Firman Soemarna Atmadja

Catatan Redaksi: Artikel ini ditayangkan secara otomatis berdasarkan sumber yang dapat dipercaya. Validitas dan isi sepenuhnya tanggung jawab redaksi beritabrantas.co.id dan dapat mengalami pembaruan sesuai perkembangan informasi terbaru maupun klarifikasi dari pihak terkait.
spot_img

Berita Lainnya

TRENDING

Divpropam Polri Periksa Anggota Brimob Polda Jabar yang Diduga Selingkuh

BERITABRANTAS.CO.ID – Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Mabes Polri memastikan tengah memeriksa seorang anggota Brimob Polda Jawa Barat yang diduga terlibat perselingkuhan. Kasus ini menjadi...

ARTIKEL POPULER

HUKUM

Aipda Robig Zaenudin Divonis 15 Tahun Penjara atas Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang

BERITABRANTAS.CO.ID – Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang menjatuhkan hukuman 15 tahun penjara dan denda Rp200 juta kepada Aipda Robig Zaenudin, anggota Polrestabes Semarang,...
spot_img
spot_img
- Advertisement -spot_img

Top News

spot_img

POLRI

spot_img

TNI

PEMERINTAHAN

PERISTIWA

KRIMINAL

INVESTIGASI

INDEKS

Popup Gambar