KARAWANG, BERITABRANTAS.co.id – Warga “Urang Sunda” Karawang menangisi dan mengkritisi perlakuan penyelenggara acara besar hari jadi Karawang ke-391 yang di selenggarakan 14 September 2024 dengan membuang banyak nasi tumpeng setelah acara selesai. Ditengah kehidupan ekonomi sulit dan daya beli masyarakat rendah, makanan seenak tumpeng, makanan kaum bangsawan tempo dulu, harus dibuang ke tong sampah.
“Rekor terbanyak tumpeng di hari jadi, kurang matang kepanitiaannya, bisa saja kemudian disedekahkan ke panti yatim, panti werda atau orang jalanan yang terlantar di jalanan. Tumpeng itu makanan sakral, jangan diperlakukan sampai akhirnya itu ke tong sampah,” tutur salah satu Urang Karawang, Rudy Mulya Permana.
Menjadi sebuah makna yang dalam, kata Rudy, tentang konsep leluhur kita terhadap setiap perayaan – perayaan besar Ulang Tahun yang di tandai dengan Nasi Tumpeng,. “Apalagi ini perayaan besar Hari jadi karawang ke 391, sangat menyedihkan dan sangat tidak mencerminkan atas makna Nasi tumpeng warisan leluhur kita,”
Nasi tumpeng yang dibuat mengerucut sebetulnya memiliki makna yang dalam yaitu sebagai simbol rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta. Sedangkan Nasi tumpeng yang berwarna kuning merupakan simbol kemakmuran, dan makna dari lauk yang mengelilingi nasi tumpeng tersebut selalu ada 7 ( ayam, telur, tempe kering, sayur urab, teri, abon & timun) ini mengandung makna pitu ( 7 dalam bahas jawa ) maksudnya pitulung, artinya Dia adalah sebaik baik penolong.
“Sungguh miris melihat kejadian atas perlakuan para pihak penyelenggara, Komo urang sunda mah, ngartikeun nasi tumpeng nu warna koneng dijadikan simbol Panon poe,mantak percaya boga kakuatan alam jng arwah na para karuhun urang sadaya warga karawang,” ucap Rudy, ketika menyaksikan petugas kebersihan merapihkan sisa sisa sajian Nasi kuning tersebut.
Reporter ( Teguh Indrianto )