BERITABRANTAS.CO.ID – Jumat sore, 1 Agustus 2025, langit mendung menaungi Stasiun Pagaden Baru, Subang. Sekitar pukul 15.47 WIB, dentuman logam dan suara rem mendadak mengoyak keheningan.
Kereta Api Argo Bromo Anggrek, yang melaju dari Surabaya menuju Jakarta, anjlok di tengah lintasan. Lima dari tiga belas gerbong keluar jalur. Di dalamnya, 281 penumpang mendadak dihantui ketakutan. Jerit panik terdengar, beberapa terdiam syok, dan yang lain berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Namun di tengah kekacauan itu, satu sosok hadir membawa ketegasan dan ketenangan: Kapolres Subang, AKBP Dony Eko Wicaksono.
Tak menunggu waktu, Dony langsung menuju lokasi setelah menerima laporan dari jajarannya. Ia datang bukan hanya sebagai pimpinan kepolisian, tetapi sebagai penanggung jawab keselamatan masyarakat di wilayah hukumnya.
Seragam cokelatnya basah oleh keringat, namun langkahnya mantap menyusuri rel yang berguncang oleh insiden.
Dengan suara tegas, ia memerintahkan garis polisi segera dipasang. Arus lalu lintas di sekitar lokasi diatur ulang. Di bawah komandonya, satuan pengamanan bergerak cepat, memastikan area steril dan aman bagi tim teknis dan medis.
“Prioritas kita adalah keselamatan penumpang. Jangan panik. Semua sudah dalam penanganan,” ujarnya kepada warga dan awak media yang mulai memadati lokasi.
Dony tak hanya berdiri di balik garis polisi. Ia turut memimpin langsung proses evakuasi penumpang. Bus-bus disiapkan untuk membawa mereka menuju Jakarta.
Di sisi lain, posko terpadu didirikan secepatnya. Tak kurang dari BPBD, TNI, Damkar, hingga tenaga medis digerakkan secara sinergis.
Salah satu penumpang, Rini (34), mengaku lega melihat kehadiran aparat di lokasi.
“Tadi sempat panik. Tapi begitu lihat polisi dan tentara langsung turun, saya merasa tenang,” katanya.
Keputusan cepat dan koordinasi lintas sektor yang dijalankan Kapolres menjadi faktor kunci. Dalam hitungan jam, suasana darurat mulai terkendali. Penumpang berhasil dievakuasi tanpa korban jiwa. Jalur kereta memang harus ditutup sementara, namun rasa aman masyarakat berhasil dipulihkan.
“Ini bukan kerja satu orang. Semua unsur terlibat. Tapi sebagai aparat, kami wajib hadir pertama kali saat masyarakat butuh,” ucap Dony, singkat.
Hingga malam menjelang, proses evakuasi gerbong masih berlangsung. Tapi di antara rel yang bengkok dan tanah yang terkoyak, berdiri satu komitmen teguh: melayani dan melindungi.
Karena bagi AKBP Dony Eko Wicaksono, tugas kepolisian bukan sekadar menegakkan hukum. Tetapi hadir dalam krisis, merangkul ketakutan, dan memulihkan harapan. (SZ)